Kemang Pratama, Bekasi-Indonesia nafbeloni@gmail.com

Memahami Sejarah untuk Masa Depan Lebih Baik

August 22, 2016

Soekarno: Dari Kelahiran Hingga Lulus Technische Hoogeschool (THS)

| Soekarno Muda |
Soekarno dilahirkan pada 6 Juni 1901 di Surabaya dengan nama Koesno Sosrodihardjo. Dia kemudian berganti nama menjadi Soekarno karena sering sakit-sakitan yang penyebabnya, menurut para orang tua zaman dulu, nama Koesno Sosrodihardjo terlalu berat atau tidak sesuai. Ayah Beliau bernama Raden Soekemi Sosrodihardjo dan ibunya bernama Ida Ayu Nyoman Rai, seorang yang berdarah Bangsawan di Bali. Ayah dan Ibu Soekarno berjodoh dibali, mereka bertemu saat ayahnya menjadi guru di Sekolah Dasar Pribumi Singaraja Bali. Dari pasangan itu, Soekarno adalah adik kandung Sukarmini.

Soekarno kecil tidak tinggal dengan kedua orang tuanya yang berada di Blitar. Ia tinggal di Tulung Agung, Jawa Timur, di kediaman kakeknya yang bernama Raden Hardjokromo. Walaupun sempat bersekolah sebentar di Tulung Agung, Soekarno kemudian ikut bersama dengan orang tuanya yang pindah ke Mojokerto, Jawa Timur.

Di Mojokerto, Ayahanda Soekarno bekerja sebagai guru di sekolah Eerste Inlandse School sehingga Soekarno awalnya bersekolah di situ. Pada tahun 1911, Soekarno pindah ke ELS (Europeesche Lagere School) yaitu sekolah dasar yang lebih khusus untuk persiapan masuk ke HBS (Hogere Burger School) di Surabaya. Pendidikan Soekarno di ELS selesai pada tahun 1915 dan kemudian melanjutkan ke HBS. Di Surabaya ini, Soekarno tinggal di rumah teman ayahnya yaitu Haji Oemar Said Tjokroaminoto atau H.O.S Cokroaminoto, pendiri Organisasi Sarekat Islam (SI)

Soekarno, Kartosuwiryo, dan Muso

Di rumah Cokroaminoto inilah, Soekarno berkenalan dengan para pemuka Sarekat Islam (SI) seperti Haji Agus Salim dan Abdul Muis. Selain itu, kepandaian Soekarno dalam bergaul juga membuatnya akrab dengan 'murid-murid' H.O.S. Cokroaminoto yang lain, yaitu Muso yang kelak dikenal sebagai tokoh berhaluan kiri (komunis) dan Kartosuwiryo yang kelak dikenal sebagai tokoh pendiri Darul Islam.

Soekarno, Kartosuwiryo, dan Muso tinggal bersama di rumah H.O.S Cokroaminoto. Mereka semua belajar berorganisasi melalui Sarekat Islam (SI) dan menimba ilmu yang tidak diajarkan di sekolah. Jiwa nasionalisme Soekarno mulai tumbuh di lingkungan ini. Soekarno aktif dalam oeganisasi Trikoro Darmo pada tahun 1918. Trikoro Darmo adalah organisasi pemuda  yang menjadi cikal bakal Jong Java. Soekarno juga aktif menjadi penulis di koran "Oetoesan Hindia" yang dikelola oleh Cokroaminoto.

Bakat Soekarno sebagai orator ulung mulai nampak di rumah Cokroaminoto ini. Soekarno muda sering melakukan pidato sendiri di depan cermin di kamarnya. Kecerdasan yang dimiliki Soekarno mampu dengan mudah menyerap pengetahuan politik dan organisasi yang dia pelajari sendiri dari aktifitasnya dalam organisasi dan pergaulannya dengan tokoh-tokoh saat itu.

Melanjutkan Pendidikan ke Technische Hoogeschool (THS) di Bandung

Soekarno lulus dari Hoogere Burger School atau HBS pada tahun 1921. Kemudian, beliau pindah ke Bandung dan tinggal dirumah Haji Sanusi. Di rumah inilah, Soekarno menjadi akrab dengan beberapa tokoh seperti Douwes Dekker, Tjiptomangunkusumo, dan Ki Hajar Dewantara.

Soekarno melanjutkan pendidikan ke jurusan teknik sipil di Technische Hoogeschool (THS). Perguruan ini kelak berubah menjadi ITB (Institut Teknologi Bandung) seperti sekarang. Soekarno menikah dengan Siti Oetari anak sulung dari H.O.S Cokroaminoto di tahun yang sama (1921), Karena itulah, Soekarno sempat berhenti kuliah setelah dua bulan masuk di THS. Pada tahun 1922, ia kembali mendaftar dan mulai kuliah. Pada tanggal 25 Mei 1926, Soekarno lulus dengan gelar Ir (Insinyur).

Soekarno mendirikan Biro Insinyur tahun 1926 setelah lulus dari THS bersama Ir. Anwari yang mengerjakan desain dan rancang bangunan. Selain dengan Anwari, Ia juga bermitra dengan Ir. Rooseno untuk merancang dan membangun rumah.

Cikal bakal Partai Nasional Indonesia yang berdiri pada tanggal 4 Juli 1927 adalah Algemeene Studie Club (ASC) yang didirikan Soekarno selama di Bandung. Tujuan dari pembentukan partai Nasional Indonesia adalah kemerdekaan Indonesia dan lepas dari kekuasaan Belanda. Disini Soekarno kemudian mulai mengenalkan konsep Marhaenisme yang merupakan hasil pemikirannnya sendiri.

Contributors

Terbanyak Dibaca

Tragedi Sinila 1979 - Bencana Gas Beracun di Dieng Jawa Tengah

| Korban Tragedi Gas Beracun di Dieng 1979 | Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Dieng mencatat bahwa Tragedi Sinila 1979 merupakan emisi g...

Populer